Dalam suatu organisasi pasti terdapat bebagai
macam orang dengan berbagai sifat dan kebutuhan. Tingkat toleransi terhdap
tekanan mereka pun berbeda-beda. Ketika stress terjadi, kinerja pun akan
menurun dan mengganggu aktifitas organisasi. Begiu pula dengan konflik yang
dapat terjadi karena kebutuhan tiap individu yang saling tumpang tindih dalam
organisasi. Maka dari itu, kali ini saya akan membahas stress dan konflik yang
terjadi dalam suatu manajemen
Stress
Kata stress
bermula dari kata latin yaitu “Stringere” yang berarti ketegangan dan
tekanan. Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena
tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara
kemampuan dan kekuatan terganggu. Bilamana stress telah mengganggu fungsi
seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi
menekan dirasakan terus-menerus (tugas yang berat atau tugas yang dikakukan
karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stress yang
dilakukan dengan dasar rasa trauma).
Adapun
hal-hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya stress adalah sebagai berikut :
1.
Faktor Lingkungan
1. Ketidakpastian
ekonomi
misalnya orang merasa
cemas terhadap kelangsungan pekerjaan mereka.
2. Ketidakpastian politik
misalnya
adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan.
3. Perubahan
teknologi
misalnya
dengan adanya alat-alat elektronik dll, munculnya bom dimana-mana.
2. Faktor
Organisasional
1. Tuntutan
tugas
misalnya desain
pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak
fisik pekerjaan.
2. Tuntutan
peran
misalnya ada
peran beban yang berlebihan dalam organisasi.
3. Tuntutan
antarpersonal
misalnya tidak
adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjalin hubungan yang buruk.
3. Faktor
Personal
1. Persoalan
keluarga
misalnya
kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan keluarga.
2. Persoalan
ekonomi
misalnya apa
yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan.
Stress tersebut dapat ditangani
dengan manajemen stress. Manajemen stress adalah kemampuan penggunaan
sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan
mental dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari
manajemen stress itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu
itu agar menjadi lebih baik.
Ada dua pendekatan
dalam manajemen stress, yaitu :
1. Pendekatan
Individual
Pendekatan yang dipusatkan pada
individu yang bersangkutan. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara penerapan
manajemen waktu, penambahan
waktu olah raga, pelatihan
relaksasi, dan perluasan
jaringan dukungan sosial.
2. Pendekatan
Organisasional
Pendekatan ini berpusat pada
lingkungan kerja organisasi yang bersangkutan. Biasanya dilakukan dengan menciptakan
iklim organisasional yang mendukung, penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik, mengurangi konflik dan mengklarifikasi
peran organisasional, penetapan
tujuan yang realistis, pendesainan
ulang pekerjaan, perbaikan
dalam komunikasi organisasi, membuat
bimbingan konseling.
Selain itu ada pula pendekatan
individual terhadap stress. Hal
ini dilakukan dengan cara relaksasi dan meditasi.
Konflik
Konflik adalah
suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang
terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang
diharapkannya. Konflik dapat
berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of
tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau
lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak,
sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik
Faktor-faktor yang mempengaruhi
konflik dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor intern dan
factor ekstern.
1. Faktor intern
1. Kemantapan
organisasi
Organisasi yang
telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terlibat
konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya dalah seseorang yang matang
mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan nilai dan
lain-lain.
2. Sistem
nilai
Sistem nilai suatu
organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasan maksud dan cara
berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau
benar.
3. Tujuan
Tujuan suatu
organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para
anggotanya.
4. Sistem
lain dalam organisasi
Seperti sistem
komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan keputusan, sistem imbalan
dan lain-lain. Dlam hal sistem komunikasi misalnya ternyata persepsi dan
penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.
2. Faktor ekstern
1. Keterbatasan
sumber daya
Kelangkaan suatu
hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir menjadi
konflik.
2. Kekaburan
aturan/norma di masyarakat
Hal ini
memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
3. Derajat
ketergantungan dengan pihak lain
Semakin tergantung
satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
4. Pola
interaksi dengan pihak lain
Pola yang bebas
memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup
menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.
Manajemen Konflik
dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemecahan
masalah (Problem solving)
2. Tujuan
tingkat tinggi (Lipsordinate Goal)
3. Perluasan
sumber (Expansion of Resources)
4. Menghindari
konflik (Avoidance)
5. Melicinkankan
konflik (Smoothing)
6. Kompromi (Compromise)
7. Perintah
dari wewenang ( Authoritative Commands)
8. Mengubah
variabel manusia (Alteringthe Human Variables)
9. Mengubah
varabel structural (Altering the Structural Variables)
10. Mengidentifikasi
musuh bersama (Indetifying a Common Enemy)
Para manajer dan
karyawan memiliki beberapa strategi dalam menangani dan menyelesaikan konflik.
Strategi tersebut antara lain adalah:
1) Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan
pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang
terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua
pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk
melakukan diskusi”
2) Mengakomodasi
Memberi
kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila
isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama
dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat
yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3) Kompetisi
Gunakan metode
ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian
yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan
nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi
merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4) Kompromi
atau Negosiasi
Masing-masing
memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan
menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
5) Memecahkan
Masalah atau Kolaborasi
1. Pemecahan
sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja
yang sama.
2. Perlu
adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
Sumber
Yunita, Kho. 10 desember 2013. “Stress
dalam organisasi”. https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/makalah-stress-dalam-organisasi/
(diakses 20 Januari 2015)
Ossy. 12 Mei 2010. “Manajemen konflik
dan stress kerja”. http://ossy-strees-iseng.blogspot.com/2010/05/sadness-hollow-loveless.html.
(diakses 20 Januari 2015)