Selasa, 28 Oktober 2014

Psychoanalytic diagnosis of top management team dysfunction

Pada kali ini saya akan mencoba untuk mereview jurnal mengenai psikologi management. jurnal yang saya review adalah Psychoanalitic diagnosis of top management team dysfunction. jurnal ini dipublikasikan oleh Journal of Managerial Psychology.

Jurnal yang dibuat oleh Jim Paul, Christy A Strbiak dan Nancy E Landrum ini berisi tentang analisis pada Pelatihan TMT (Top Management Team). Dengan latar belakang teori Bions tentang groups, Paul, Strbiak dan landrum mendiagnosis disfungsi pada pelatihan TMT dengan asumsi dasar bahwa perilaku disfunsi pada pelatihan TMT akan menghambat tim untuk mencapai tujuan secara efektif.

1.     Latar Belakang
Kebanyakan pelatihan memperlakukan individu sebagai target perubahan dan memasukan mereka kedalam kelompok yang para anggotanya tidak saling mengenal atau sekelompok pegawai dari kelompok organisasi yang mirip. Ketika target perubahannya adalah sebuah grup atau kelompok, akan lebih baik jika penyampaian pelatihan disampaikan kepada kelompok dengan anggota yang saling mengenal (family group). Family group ini biasanya terdiri dari teman-teman sekantor dan pimpinan mereka. Jika dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya tidak saling kenal, bekerja dengan family group lebih dapat meningkatkan penrkembangan organisasi (Organization Development/OD).

2.      Permasalahan
Divisi fasilitas di Southwestern University ingin mengembangkan kinerjanya. Divisi ini berisikan staff yang tekun, pekerja keras, dan terdedikasi. Beberapa dari mereka sudah bekerja di sana lebih dari 20 tahun atau memiliki ayah atau paman yang bekerja di sana sebelum mereka. Beberapa pekerja sudah pernah dipromosikan menjadi supervisor. Divisi ini memiliki situasi yang banyak organisasi jumpai yaitu  supervisor yang handal tetapi tidak terlatih dalam hal managerial dan funsional departemen yang tidak saling berkomunikasi kecuali dalam hal pekerjaan.

3.      Metodologi
Subjek
Partisipan dalam pelatihan TMT ini adalah 10 anggota terbaik divisi fasilitas. Tim ini terdiri dari eksekutif wakil presiden dan dua orang seksi direksi. Dua orang lain yang melapor langsung ke eksekutif wakil presiden, lima kepala departemen yang melapor langsung ke seksi direksi dan seorang manager. Sembilan orang partisipan adalah laki-laki dan satu orang partisipan adalah perempuan. Eksekutif wakil presiden relative baru disbanding anggota tim yang lain. Semua anggota bekerja dari posisi bawah dan mendapatkan promosi  hingga menempati posisi yang sekarang kecuali eksekutif wakil presiden.

Prosedur
Pelatihan TMT yang disebutkan dalam artikel ini  menggunakan latihan low rope OMD yang dilakukan diluar kantor. Dua aktivitas utama adalah desser trolley dan maui-to-kuai. Pada desert trolley, kelompok diberikan dua buah papan panjang dan dua utas tali dengan panjang 12kaki. Kelompok difisualisasikan sedang berada di padang pasir yang sangan panas dan mereka harus berjalan tanpa menyentuh tanah. Kelompok harus mencari cara untuk sampai di ujung yang satunya.
Pada maui-to-kuai, kelompok diberikan dua buah mimbar dan dua buah papan dengan panjang yang berbeda. Mereka diminta menyebrang dari satu mimbar ke mimbar lainnya menggunakan dua buah papan yang sudah diberikan

4.     Landasan Teori
Inti dari teori Bion adala dalam setaia grup terdapat 2 grup, grup kerja dan kelompok asumsi dasar.. Kelompok kerja berusaha untuk melakukan tugas dan semua anggota terang-terangan menyadari tujuan, dan partisipasi mereka dalam, kelompok kerja. Kelompok asumsi dasar, sebaliknya, bertindak keluar dari asumsi sadar anggota kelompok. Seringkali terjadi disfungsional dalam asumsi dan perilaku mereka. Perilaku ini mengganggu dalam melaksanakan tugas kelompok kerja. Bion (1959) berpendapat bahwa kelompok kerja sama dengan ego yang sehat dan diidentifikasi dengan 3 asumsi dasar:
1.      Dependensi
2.      Fight-flight
3.      Pairing

5.     Hasil Penelitian
Asumsi dasar yang dideskripsikan oleh bion dapat dilihat. Proses dari valensi ketidaksadaran kolektif, dan kemampuan individu untuk menerima karakteristik yang diproyeksikan orang lain, mempengaruhi dinamika perilaku dalam family group. Individu anggota kelompok diam-diam memproyeksikan asumsi dasar yang mereka pegang tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan mereka ke orang lain di dalam dan di luar kelompok. Pada tingkat kelompok kerja, individu secara sadar berperilaku rasional. Pada tingkat asumsi dasar, individu tidak sadar berkolusi untuk mendukung atau menghambat kinerja tugas. Diagnosis TMT disajikan di atas adalah pada kelompok tingkat-of-analisis, tetapi kekuasaan dan otoritas di analisis tingkat-of-organisasi yang sensitif terhadap dinamika kelompok TMT.

6.     Kesimpulan Penelitian
Pelatihan TMT yang dijelaskan di atas bukanlah pelatihan yang sukses bagi peserta. Hal ini tidak terlalu mengherankan karena organisasi meminta intervensi pelatihan sebelum diagnosis masalah mereka. Ketika berhadapan dengan individu dan kelompok yang kuat dalam organisasi, pelatih dan konsultan harus hati-hati agar dapat lebih banyak menghasilkan sesuatau yang baik daripada yang buruk.
 Konsultan harus sangat rajin saat intervensi di tingkat atas sebuah organisasi sebelum melakukan wawancara di seluruh organisasi yang luas. Hal ini tidak pernah sampai menghabiskan dua tahun usaha OD intensif untuk menyelesaikan masalah yang diciptakan oleh intervensi OD positif. Sedangkan pengalihan keterampilan yang dipelajari dalam program pengembangan manajemen di luar ruangan untuk tempat kerja telah dipertanyakan.
 Latihan luar ruangan dapat menjadi alat diagnostik yang sangat baik untuk konsultan organisasi psychoanalytic informasi. Pengalaman kami adalah bahwa latihan OMD sangat berguna dalam mendiagnosis komunikasi, kekuatan, dan isu-isu kepemimpinan di antara anggota tim disfungsional. Pelatihan organisasi TMT dengan latihan pengalaman luar dapat membuat intervensi kedalaman psikologis yang cukup untuk memobilisasi kekuatan bawah sadar dan memungkinkan untuk diagnosis masalah organisasi yang terkait dengan otoritas, kekuasaan, dan kepemimpinan.

7.     Kelebihan dan Kekurangan
Jurnal ini memberikan deskripsi yang detail mengeanai prosedur pelatihan yang mereka gunakan. Hasil analisis data yang dimasukan kedalam jurnal ini juga membantu dalam memahami hasil penelitian. Akan tetapi tidak dijelaskannya alat ukur dan metode pengambilan data menjadi suatu kekurangan dalam jurnal ini.




Selasa, 07 Oktober 2014

Perencanaan Bisinis Menggunakan Pendekatan 5W1H

           Anda pasti sudah pernah mendengar 5W1H. Biasanya istilah ini digunakan dalam jurnalistik dan kesusastraan. Akan tetapi istilah ini juga dapat digunakan bahkan penting sekali untuk digunakan dalam perencanaan bisnis. Dalam artikel ini saya akan mencoba membuat perencanaan bisnis dengan pendekatan 5W1H.

1.      “What?” Bisnis apa yang akan dibuat?
            Biasanya dalam membuat bisnis seseorang harus melihat peluang dalam pasaran yang akan dimasuki. Akan tetapi menurut saya penting sekali untuk memilih bisnis yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Karena itu saya memilih untuk membuat bisnis penjualan eskrim. Mengapa eskrim? Karena selain sudah dikenal di masyarakat luas eskrim juga dapat dinikmati oleh berbagai macam lapisan masyarakat.

2.      “Who?” Siapa yang menjadi target?
Dalam menjual suatu barang atau jasa kita harus tahu kepada siapa kita jual barang atau jasa kita. Dalam kasus ini pertanyaannya adalah kepada siapa kita akan berjualan eskrim? Menurut saya target penjualan yang tepat untuk produk ini adalah anak-anak. Mengapa anak-anak? Pada umumnya eskrim memiliki rasa manis yang disukai anak-anak. Teksturnya pun lembut dan mudah cair dalam mulut sehingga anak-anak tidak perlu mangunyah dan tidak memakan waktu lama untuk mengkonsumsi eskrim. Sensasi dingin yang ditimbulkan oleh eskrim juga dapat membuat anak-anak lebih segara dan semangat untuk melanjutkan aktifitas.

3.      “Where?” Dimanakah barang tersebut akan dijual?
Menentukan lokasi pemasaran sangatlah penting dalam suatu bisnis. Agar penjualan dapat meningkat, tempat pemasaran dan target penjualan haruslah sesuai. Dalam bisinis ini target penjualan adalah anak-anak. Oleh karena itu tempat penjualan yang baik adalah tempat yang dekat dengan tempat anak-anak berkumpul seperti sekolah.

4.      “When?” Kapankah kita memasarkan barang tersebut?
Waktu pemasaran pun harus disesuaikan dengan tempat dan target pemasaran. Karena tempat pemasarannya adalah sekolah maka waktu berjualan pun pada saat jam sekolah.

5.      “why?” Mengapa kita memilih usaha tersebut?
Untuk memulai bisnis kita juga harus mengetahui mengapa kita memasarkan barang atau jasa tersebut. seperti yang telah disebutkan di atas, eskrim sudah dikenal masyarakat luas dan disukai berbagai macam lapisan masyarakat. Jadi walaupun hanya menargetkan anak-anak sebagai pembeli orang lain seperti orang tua murid yang sedang menunggu anaknya, pedagang, penduduk sekitar, bahkan orang yang kebetulan lewat daerah itu pun dapat membeli barang ini.

6.      “How?” Bagaimana memasarkan produk ini?
Pemasaran paling praktis ialah menggunakan stand. Akan tetapi eskrim bukanlah produk yang mudah dibuat. Untuk membuat eskrim kita membutuhkan alat pembuat eskrim. Alat ini pun cukup berat sehingga tidak dapat dibawa-bawa. Oleh karena itu penjualan eskrim yang paling praktis ialah menggunakan truk. Selain dapat membawa alat pembuat eskrim, truk juga dapat bergerak sehingga setelah jam pulang sekolah kita dapat melanjutkan penjualan eskrim di tempat lain.

Itulah perencanaan bisnis secara garis besar menggunakan pendekatan 5W1H. Perencanaan bisnis yang sebenarnya tidaklah sesimpel dan semudah contoh diatas. PERLU DIINGAT bahwa 5W1H tidak hanya memiliki 6 pertanyaan, tetapi masih banyak pertanyaan yang harus dijawab dari 5W1H saat membuat bisnis anda sendiri.

Sumber
http://www.hidayatjayagiri.net/2013/06/konsep-5w1h-dalam-menjalankan.html