- Sejarah AI
Kecerdasan buatan atau Artifical
Intelligence merupakan inovasi baru dibidang ilmu pengetahuan. Mulai ada sejak
muncul komputer modern yakni pada 1940 dan 1950. Kemampuan mesin elektronika
baru menyimpan jumlah besar info, memproses dengan kecepatan dangat tinggi
menandingi kemampuan manusia. Ilmu pengetahuan komputer ini khusus ditujukkan
dalam pernacangan otomatisasi tingkah laku cerdas dalam sistem kecerdasan komputer.
Seorang ahli matematika bernama Alan
Turing yang memiliki sumbangan besar dalam pengembangan teori kemampuan
perhitungan, mengusulkan tes untuk bisa melihat mesin memberikan respon
terhadap serangkaian pertanyaan. Uji Alan Turing menjadi dasar bagi banyak
strategi yang digunakan dengan menilai program-program kecerdasan buatan.
Turing (1950) menyusun sebuah tes yang
melibatkan komunikasi antar manusia yang melontarkan pertanyaan dengan makhluk
pengguna bahasa. Secara sederhana dirumuskan bahwa tugas manusia tersebut
adalah memutuskan makhluk tersebut manusia atau bukan. Tes Turing adalah sebuah
penipuan terselubung yang memberi para AI suatu hal konkrit untuk dikerjakan,
dan mengalihkan perhatian mereka dari pikiran yang filosofis.
Untuk memahami hubungan dari AI dan kognisi manusia
terdapat beberapa poin yang dapat menjelaskan dan harus diperhatikan. Poin-poin
tersebut adalah:
1. Pemrosesan
simbolik
Computer
semula didesain untuk memproses
bilangan/ angka-angka (pemrosesan numerik). Sementara manusia dalam berpikir
dan menyelesaikan masalah lebih bersifat simbolik, tidak didasarkan pada
sejumlah rumus atau melakukan komputasi matematis. Sifat penting dari AI adalah
bahwa AI merupakan bagian dari ilmu computer yang melakukan proses secara
simbolik dan non-algoritmik dalam penyelesaian masalah.
2. Heuristic
Istilah
heuristic diambil dari bahasa Yunani yang berarti menemukan. Heuristic merupaka
suatu strategi untuk melakukan proses pencarian ruang problem secara selektif,
yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di sepanjang jalur yang
memiliki kemungkinan sukses paling besar.
3. Penarikan
Kesimpulan
AI
mencoba membuat mesin memiliki kemampian berpikir atau mempertimbangkan.
Kemampuan berpikir termasuk di dalamnya proses penarikan kesimpulan berdasarkan
fakta-fakta dan aturan dengan menggunakan metode heuristic atau metode pencarian
lainnya.
4. Pencocokan
Pola
AI
bekerja dengan metode pencocokan pola yang berusaha untuk menjelaskan objek,
kejadian atau proses, dalam hubungan logic atau komputasional.
Dari poin-poin diatas dapat
dilihat bahwa AI memiliki persamaan dengan kognitif pada penarikan kesimpulan,
pecocokan pola. Walaupun begitu cara kerja AI dan kognitif jelas berbeda. AI
menyelesaikan masalah secara matematis atau mengkalkulasikan angka-angka dan
menggunakan rumus, sementara kognitif menggunakan cara berfikir simbolis.
Daftar ReferensiI
Herianto,
T. (1993). Teknik Pemrograman Turbo
Prolog Tingkat Lanjut. Yogyakarta: Andi Offset
Kusrini. (2006).
Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Andi Offset
Solso, R. M.,
Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2008).
Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga
Winston
dan Prendergast. (1984). The AI Business : The Commercial Uses Of Artificial
Intelligence. MIT Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar